Untuk Satu Titik Pemberhentian Lagi

sky

Degupku di nafas tersengal, sesak mengalir di nadi kefuturan ku lihat bacaan itu makin kabur, warnanya tersamar dalam kemalasan akut tubuh gontai tak tegap di detik-detik terakhir penggalan malam dan bingkai hari itu pecah berantakan bahkan sebelum fajar terlahir cercaan jiwa bagi si sakit yang mengadu bukan pada tabibnya

sia-sia belaka

Tuhan… jika kutatap langit mendung sore ini, aku hampir tak mampu lagi berharap untuk laku hidup yang terlunta dalam nista jika kuragu dalam kesesatan apalah bila aku berharap, keabadian akan menyambangiku dalam siksa

Tuhan.. tapi Engkau maha pengampun Setetes harapan dalam benih kehijauan yang tumbuh semi di dasar hati, jikalau semua tertabur sepi aku berharap langkah ini masih akan bertaut kepadaMu. kemuliaanMu adalah pemenuh kehampaan yang tertinggal di hadapan langkah-langkahku Engkau yang mengisinya hingga berlimpah kemudahan… jalan ini berliku sampai ku lihat firmanMu terbaca di sisi langit, menggema menerang tanpa tertentang menyisiri kehendak memilah niat dari debu ketidakikhlasan menemukan sekeping hati nurani dalam sampah keangkuhan

Tuhan… malunya menatap kuasaMu dalam kedip dosa yang menggunung sungguh luka tak akan terasa ditubuh yang telah mati diam meski air garam tertuang di luka yang menganga

Tuhan… untuk satu titik pemberhentian lagi, aku berharap

Terkubur syahadat dalam ampunanMu bersyariat dilipatan kafan yang membungkus jasad yang Engkau ridho kepadanya diturunkan dalam dekapan bumi yang menanti kiamat dalam senyum kebahagiaan